Persahabatan dan Permusuhan
Dahulu kala, tinggallah seekor
gajah, kancil, dan monyet. Mereka tinggal di kampung yang terdapat beberapa
sawah yang luas. Gino, ya itulah nama si gajah, sedangkan Kiro nama si kancil
dan Mimo nama panggilan untuk si monyet. Mereka bertiga ini bersahabat . Mereka
masing-masing mempunyai sawah yang luas yang ditanami beraneka ragam sayuran
dan buah-buahan. Si Gino, menanam kacang panjang, jagung pare, stoberi dan
manggis. Si Kiro, menanam buncis, cabe, sawi putih, markisa dan jeruk.
Sedangkan si Mimo, menanam brokoli, bayam , kelengkeng, mangga dan jambu mente.
Suatu hari, tanaman yang mereka
tanam,tumbuh dengan subur dan waktunya panen. Mereka bertiga pun mengambil dan
memetik hasil panenya. Setelah itu, hasil panennya mereka jual ke pasar.
Tetapi, hasil yang didapat berbeda. Yang paling banyak, Mimo. Sedangkan Gino
dan Kiro hanya berbeda sedikit penghasilan.Lalu, Mimo pun dapat membeli barang-barang yang
mewah. Seperti rumah yang mewah, mobil, sepeda motor dan lain sebagainya. Ia
pun menjadi orang yang sangat kaya dan sombong di kampung itu. Gino dan Kiro
iri melihat Mimo yang sangat kaya. Gino dan Kiro pun bekerja sama untuk
mengalahkan kekayaan si Mimo. Dengan cara menanam banyak-banyak tanaman , agar
dapat menghasilkan hasil panen yang banyak pula.
“Kiro,
bagaimana jika kita bekerja sama untuk mengalahkan Mimo ? “ tanya Gino
“Baiklah,
aku setuju dengan ide cemerlang mu itu.Tapi bagaimana bisa ?”
jawab
Kiro
“Bisa
saja. Kita harus menanam banyak-banyak tanaman, agar kita bisa mendapatkan
hasil panen dan hasil jual yang melimpah, hahaha.. “ jawab Gino
“Baiklah,
sekarang juga kita membeli bibitnya” kata Gino
“Ok.”
Jawab Kiro
Pada saat hendak membeli bibit
tanaman yang hendak mereka beli, mereka pun melihat Mimo yang sedang duduk
santai di depan teras rumah sambil membaca koran dengan disuguhi kopi hangat
oleh pembantunya. Dengan rasa yang iri itu, Gino dan Kiro pun melemparkan batu
ke gelas tersebut. Gelasnyan pun pecah dan Mimo melihat siapa yang melemparnya
dan ia pun marah besar.
“Tunggu, hei kamu berdua
!” kata Mimo dengan nada marah
“Ya, ada apa ? Kenapa
kamu memanggil kami.” Jawab Gino
“Ada apa-ada apa, kalian
kan yang melempar batu ke minuman saya ini !.
Berani sekali kalian.” Jawab Mimo
“Ya,
memang kami yang melempar. Dan apakah kau ingat, kami ini sahabatmu ! Kenapa
kamu begitu sombong dengan kekayaanmu, sampai-sampai kau tak menganggap kami
sebagai sahabatmu. Kamu tak seperti dulu lagi !” jawab Kiro
“Hahaha..
Apa ? Sahabat ? Sejak kapan aku punya sahabat seperti kalian yang tidak punya
apa-apa begini.” Jawab Mimo
“Kamu
memang sangat keterlaluan, Mimo. Lihatlah kami akan membalas mu nanti.” Jawab
Gino
“Siapa
takut ? Memangnya kalian bisa ?” kata Mimo
Gino dan Kiro pun
melanjutkan perjalanan mereka tanpa mendengarkan kata-kata si Mimo.
Beberapa minggu kemudian, tercapai
lah keinginan Gino dan Kiro. Yakni ingin mengalahkan kekayaan si Mimo.
“Hahaha...
Akhirnya, tanaman kita pun sudah waktunya panen !”kata Gino dengan senang
“Ya.
Kita sebentar lagi akan kaya dan berhasil mengalahkan Mimo yang sombong itu.” Jawab Kiro
“Baiklah,
sekarang juga kita mengambil dan memetik hasil panen ini dan kita jual ke
pasar.” Jawab Gino
“Oke.”
Jawab Kiro
Setelah itu,
mereka pun menjual hasil panen itu. Mereka pun mendapatkan hasil jual yang
sangat banyak dan melebihi hasil jual Mimo. Mimo pun mengetahui hal ini. Ia pun
terus berpikir, dan akhirnya ia pun sadar. Bahwa, selama ini ia telah menjadi
sombong atas kekayaannya itu dan tak menganggap Gino dan Kiro sebagai sahabatnya.
Kemudian, Mimo pun datang ke rumah Gino dan Kiro, bahwa ia ingin meminta maaf.
“Misi..” Kata Mimo
“Ya, tunggu sebentar.”
Kata Kiro
Gino dan Kiro
tidak mengetahui bahwa yang datang adalah Mimo. Gino dan Kiro pun keluar , ia
pun melihat bahwa yang datang adalah Mimo.
“Hei
kau, kau Mimo ? Ada masalah apa kau kesini ! Kami kan bukan sahabatmu, lagi. “
Kata Gino
“Tenang,
tenang. Ya aku Mimo. Aku kesini dengan niat baik. Aku ingin meminta maaf atas
kesalahanku. Aku sadar, bahwa aku sudah sombong dan tak menganggap kalian
sebagai sahabatku sendiri. Apakah kalian ingin menjadi sahabatku lagi ? “ jawab
Mimo dengan nada lembut
“Apa
menjadi sahabatmu ? Dan sebenarnya kami juga meminta maaf , kami selama ini
merasa iri dengan kekayaanmu. Lalu, kami pun menanam banyak-banyak tanaman agar
menghasilkan hasil jual yang melimpah untuk menyaingimu. Dan... Kami.. Kami..
Kami mau menjadi sahabatmu yang seperti dulu lagi.” Jawab Kiro dengan penuh
kekesalan
“Ya,
kami ingin menjadi sahabatm lagi.” Jawab Gino
“Horee..
Kita menjadi sahabat lagi !!.” Jawab Mimo sambil berpelukan dengan Gino dan
Kiro
“Horee..
Nah, bagaimana jika kita bersama-sama mengurus sawah itu dan menanaminya dengan
tanaman yang banyak.” Usul Kiro
“Baiklah,
aku sangat setuju dengan idemu yang gemilang itu.”Jawab Gino
“Ya.
Aku pun setuju dengan mu .” Jawab Mimo
Akhirnya, mereka bertiga pun
bersama-sama mengurus sawah . Mereka pun kini hidup dengan damai dan bahagia
tanpa ada permusuhan lagi.